Archives

guru smk blk di uji

ACUNG jempol untuk Yayasan SMK BLK, Way Dadi, Sukarame, Bandar Lampung. Betapa tidak, yayasan yang menaungi SMK Bina Latih Kerja (BLK) tersebut benar-benar concern meningkatkan kualitas pengajarnya. Buktinya, 40 guru diwajibkan mengikuti uji kelayakan. Uji kelayakan ini, menurut Ketua Yayasan SMK BLK, Ir Hi Triono Arifin, MM, didampingi Kepala SMK BLK, Suyanto, SST, untuk mengetahui sejauhmana kesiapan dan kemampuan 40 guru tersebut dalam mendidik siswa dan melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Langkah ini, dikatakan Triono, sangat penting dilakukan, di mana pada tahun pelajaran 2008-2009 SMK BLK telah menerima siswa baru sebanyak 300 orang, dengan jumlah pembagian kelas untuk tehnik mesin otomotif lima kelas dan bidang keahlian elektro atau listrik intalasi dua kelas. Suyanto menjelaskan, uji kelayakan bagi 40 guru SMK BLK tersebut melibatkan tim penguji dari luar, yaitu tim penguji guru bidang studi mesin otomotif didatangkan dari Industri Bengkel Palang Besi, Ir Martin, penguji guru bidang studi listrik instalasi atau elektro dari perusahaan listrik wilayah Lampung yang dipimpin oleh Ir Gumpar, tim penguji psikologi didatangkan dari Biro Phisikologi Terapan dan Phisikologi Mandiri, Yurni Musa, M.PSi. Selain itu, juga didatangkan tim penguji wawancara, yang terdiri dari Gunawan dan Ir Hi Triono Arifin, MM, serta uji kelayakan pengetahuan umum untuk guru bidang studi matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan lain-lain. *Siap Mundur Lalu apa hasil uji kelayakan terhadap 40 guru SMK BLK yang dilaksanakan selama tiga hari yang diumumkan pada Rabu (16/7) lalu itu? Triono Arifin menjelaskan, dari 40 guru yang dinyatakan lulus hanya 29 orang, berarti 11 lainnya gugur. “Yang dinyatakan gagal dengan konsekuensi siap mundur dari tugas menjadi guru di SMK BLK,” kata dia. Ia menegaskan, uji kelayakan tersebut bertujuan untuk memenuhi tuntutan arus globalisasi saat ini, dunia usaha yang membutuhkan tenaga kerja yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif, dan memiliki kompetensi dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli di bidang tehnik otomotif dan tehnik elektro sesuai dengan visi misi SMK BLK

Ragam Jenis Akademi Komunitas

Ragam Jenis Akademi Komunitas
(2011-11-22)

Makasar 19-20 November 2011--Setelah sebelumnya menggelar acara sosialisasi pembangunan Akademi Komunitas di Surabaya dan Medan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi memilih Makassar sebagai daerah sosialisasi program tersebut untuk Regional III.



Haris Rudiyanto mengungkapkan bahwa ketiga kota tersebut dipilih untuk mewakili masing-masing Regional yang telah di petakan.� " Terdapat tiga bagian regional yang membagi wilayah Indonesia yaitu,� Regional I meliputi Pulau Sumatera hingga Provinsi Jawa Barat, Regional II mencakup Jawa Tengah, Jawa Timur hingga keseluruhan Pulau Kalimantan, pada Regional III terdapat Bali, Nusa Tengga Barat, Nusa Tenggara Timur, Pulau Sulawesi, sampai pulau Papua, termasuk juga di dalamnya pulau Maluku ".



Ketiga� regional tersebut, masing-masing memiliki jumlah kuota pendirian dan penyelenggraan Akademi Komunitas, untuk Regional I akan terdapat 17 penyelenggara Akademi Komunitas, Regional II akan memiliki 18 penyelenggara,sedangkan Regional III direncanakan akan terdapat 10 penyelenggara. Jumlah penyelenggara dari ketiga regional tersebut merupakan target yang akan di capai tahuan ini. Sekitar 45 penyelenggra Akademi Komunitas ini akan di jadikan studi kelayakan bagi Akademi Komunitas yang akan didirikan berikutnya.



Pada kesempatan yang sama perwakilan Ditjen Dikti Bambang Pramujadi mengungkapkan bahwa terdapat empat bentuk Akademi Komunitas yang akan didirikan. Pertama adalah Akademi Komunitas yang melekat dan diampu oleh Perguruan Tinggi, menurut Bambang, Akademi Komunitas �seperti ini sudah banyak terselenggara saat ini, Poleteknik Negeri Manufaktur Bandung ( POLMAN ), Politeknik� Negeri Bandung ( POLBAN ) dan Politeknik Negeri Surabaya ( PENS ) adalah contoh lembaga Perguruan Tinggi yang sejak lama menyelenggarakan Akademi Komunitas, " Setahu saya PENS sudah memiliki tidak kurang dari 41 Akademi Komunitas yang tersebar di beberapa kabupaten di Jawa Timur " sahut Bambang.



Kedua adalah Akademi Komunitas yang berkolaborasi dengan Balai Latihan Kerja ( BLK ), Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) dan P4TK ( Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan ). Akademi Komunitas jenis ini direncanakan akan banyak didirikan, Bambang mengatakan Akademi Komunitas yang berkolaborasi dengan SMK memiliki konsep yang unik, " Kelak peserta didik di jenjang SMK memiliki dua jalur kelulusannya, pertama adalah lulus SMK dalam 3 tahun seperti biasa atau mereka dapat langsung meneruskan ke jenjang Diploma 1 atau Diploma 2 di Akademi Komunitas yang terdapat di SMK tersebut. Hal ini tentunya akan didukung oleh kolaborasi dengan Politeknik terdekat yang mengampunya " jelas Bambang.



Jenis Akademi Komunitas ketiga adalah yang berdampingan dengan Industri besar yang terdapat pada daerah tersebut. Dunia Industri diberikan kesempatan yang luas untuk turut membangun Akademi Komunitas yang sesuai dengan kriteria atau jenis usaha yang berkaitan dengan Industri tersebut. Pembangunan Akademi Komunitas yang berdampingan dengan Industri ini akan tetap di faslitasi pemerintah, dan pelaksanan pendidikannya pun akan bekerjasama dengan Politeknik setempat yang terdekat, hal ini dikarenakan yang memiliki hak mengeluarkan Ijazah dan sertifikat kelulusan dari Akademi Komunitas adalah Ditjen Pendidikan Tinggi.



Akademi Komunitas jenis terakhir adalah Akademi Komunitas yang berdiri mandiri dan bebas tidak terikat siapa pun baik, Perguruan Tinggi, SMK, BLK, P4TK maupun dunia Industri. Walaupun begitu pembinaan dan penyelenggraannya tetap difasilitasi oleh Pemerintah. Hal ini dikarenakan Akademi Komunitas merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang pola pembelajarannya berbasis pada kompetensi vokasional.



Terkait dengan tenaga pendidiknya sendiri, Bambang menjelaskan bahwa kini tengah dibicarakan mengenai katagori pendidik yang dapat mengajar di Akademi Komunitas. " Mungkin tenaga pengajarnya tidak harus berasal dari lembaga kependidikan saja, nanti kita lihat juga dari lingkungan praktisi, karena lulusan yang diharapkan dari Akademi Komunitas harus memiliki kompetensi Skill Labour, tenaga kerja yang terampil dansiap pakai berbeda dengan lulusan dari universitas yang terkadang masih butuh untuk mengikuti pelatihan terlebih dahulu ".